Cerbung

 

"Deja Vu"

Pada suatu malam, aku terbangun dari bunga tidurku. Mataku mengerjap-ngerjap. Jantungku berdegup hebat. Bunga tidur itu, terlihat seperti nyata. Aku terduduk sejenak. Meneguk air yang tersedia di sampingku berada. Setelah tenangkan diri sebentar, kembali kurapatkan kedua belah mataku. Namun tak berselang lama, suara itu tiba. Suara yang sama persis seperti yang ada dalam mimpiku. Jantungku kembali berdegup hebat. Aku putuskan untuk beranjak dari tempat tidur. Dengan hati-hati kunyalakan lampu kamar tanpa ada sepatah pun suara yang terdengar. Lalu kuraih ponselku yang letaknya tak jauh dari sakelar lampu kamar. Kuatur modenya menjadi diam, hingga getar suara pun tak akan mungkin terdengar. Aku meraih kacamata yang kuletakkan di tepi meja belajar. Sambil mengenakan kacamata, aku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 2.00 dini hari.

"Sudah tidur? Aku ingin bicara." Ucapnya tertulis rapi di barisan kolom notifikasi pesan chatku. Aku membukanya, berniat untuk membalas pesannya.

"Belum. Ada apa?" Aku menjawab sekadarnya. Jantungku masih berdegup hebat. Bertanya-tanya apa yang sebenarnya ingin ia bicarakan. Lalu dengan segera balasan itu muncul. Balasan yang membuat ragaku terperanjat. Yang membuat sekujur tubuhku terkena serangan hebat. Sungguh, kejadian ini persis seperti yang baru saja kualami dalam mimpiku. Raga yang terperanjat, jantung yang berdegup hebat, dan... Senyumku yang mulai terpahat. Entah bagaimana bisa, aku mendengar suara notifikasi yang aku khususkan hanya ketika pesan datang dari dirinya.

"Ada sesuatu yang selama ini mengganjal. Kupikir ini hanya akan berlangsung sebentar. Namun justru rasa ini semakin mengakar. Entah dengan cara apa lagi harus kupendam. Tapi aku sadar, tak seharusnya aku diam. I've got a feeling for you. That's makes me crazy all the time. Setiap kali aku pejamkan mata, aku selalu melihat wajahmu yang seolah nyata. I wonder to confess my feelings to you, but I can't. Berat sekali untuk mengungkapkan, karena kita yang berbeda keyakinan soal ketuhanan. But now, here I am. To express my feelings to you. To confess that I wanna say I'm totally into you. Aku sudah memutuskan, aku ingin bersamamu dalam satu keyakinan. Tak hanya keyakinan rasa, tetapi juga agama. Kumohon, tuntun aku melantunkan syahadat." 

Mulutku terkatup. Bagaimana bisa isi pesan itu sama persis seperti pesan suara yang kudengarkan dalam mimpiku. Aku menekan tombol panggil. Tak lama kemudian, terdengar suara dari seberang sana. Suara yang sama, dengan isi pesan yang sama, mengitari kepalaku yang kini mulai bertanya-tanya.


Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen

Cerpen

Kata