Kata
-Di Fajar Kala Itu-
Kala itu sepetak ruang dipenuhi sesak oleh puluhan manusia. Mereka berbondong-bondong menampakkan diri untuk tunaikan kewajiban atas tanggung jawabnya. Aku termasuk di antaranya. Terhimpit di tengah-tengah ramainya insan mulia. Hanya untuk tunaikan kewajiban sebagai salah seorang anggota belia.
Tegap tubuhmu terduduk di sana. Tepat di hadapanku, tiga meter jauhnya. Teduh wajahmu, tak sampai hati aku gambarkan. Sayu matamu, tak sepatutnya aku memandang. Lantunan kata dari lisanmu tegap teguhkan lentera iman. Cukup taklukkan kegersangan, di tengah kemarau berkepanjangan.
Selaput mataku memanas. Menatap binar wajah bak kilaukan cahaya. Dendang suaramu seakan membius akalku, menyadarkan sesuatu dalam diriku yang enggan untuk tampak. Menawan. Cukup teduhkan rasa dan karsa. Ada semacam degup yang mulai terasa kalut.
Kita masih sama-sama belajar. Kamu dengan tingkatanmu, aku dengan tingkatanku. Kita mungkin sama-sama mengabdi. Kamu dengan kadarmu, aku dengan kadarku. Tapi kita seperti tak sama. Kamu lebih tinggi, aku lebih rendah. Tapi kita seperti berbeda. Kamu cukup dalam, aku masih dangkal. Lantas bagaimana?
Kamu masih di sana. Tiga meter jauhnya dari hadapanku. Berbalut tutur lembut nan tegas. Lisanmu tak hentinya peringatkan kami, betapa pentingnya kajian islami.
Tubuhku masih di sini. Tiga meter jauhnya dari hadapanmu. Masih dengan segumpal usaha menahan tetes yang ingin terjatuh. Entah, kagum jenis apakah ini?
-sovywsfr
Pict by: PicsArt

Komentar
Posting Komentar